Image and video hosting by TinyPic

Gubernur KEPRI ( KEPULAUAN RIAU ) Operasi di Jerman

Perwata Batam

TANJUNGPINANG (BP) - Tujuan keberangkatan Gubernur Kepri HM Sani ke Jerman terjawab sudah. Rupanya, orang nomor satu di Kepri ini menjalani operasi penyempitan saraf tulang punggung yang sudah 10 tahun ia derita.

Setelah tiga pekan dirawat di Jerman, Sani yang mulai pulih meninggalkan Jerman Rabu (5/12) lalu. Namun ia tidak langsung ke Kepri, karena harus menjalani check up di Singapura. Baru pada Kamis (6/12) ia kembali ke Batam dan kemarin (7/12) tiba di Gedung Daerah Tanjungpinang.
Setiba di Tanjungpinang, Sani tidak seperti biasanya. Wajahnya masih terlihat pucat dan lelah. Bahkan lehernya menggunakan penyangga (compressor), sehingga membuat gerakannya melambat. Sani tampak hati-hati menggerakkan lehernya.

Saat memberikan keterangan pers, Sani ditemani istrinya, Aisyah Sani, dan putranya Heri A yang menjabat eselon III di Provinsi Kepri. Raut sedih masih tampak menghiasi wajah mereka. Puluhan pejabat SKPD Pemprov Kepri yang hadir juga tampak sedih melihat kondisi pria yang Mei lalu berumur 70 tahun.
Sejurus kemudian, Sani memegang mikropon dan hendak bicara soal kesehatannya. Namun suaranya bergetar dan tiba-tiba tertunduk. Wajahnya sedikit memerah seakan ingin mengatakan sesuatu tapi belum sanggup mengatakannya. Istri yang setia mendampinginya langsung menyapu pundak Sani memberi semangat. Mata gubernur tampak berkaca-kaca.

Sani pun tertegun sejenak, lalu mulai buka cerita riwayat penyakitnya itu. “Sebenarnya gangguan itu telah lama saya rasakan, sejak 10 tahun lalu. Gerakan saya agak terbatas jika saya menoleh ke kanan,” ucapnya, pelan.
Beberapa dokter yang sempat memeriksa kesehatannya mengatakan ada penyempitan saraf dikarenakan adanya tulang tumbuh yang menekan saraf tulang belakang, tepatnya di punggung (growing and compressor). Namun Sani hanya melakukan pengobatan akupuntur, sehingga belum pulih betul.
Kemudian delapan tahun lalu, Sani mengaku sudah diminta dokter untuk operasi, tapi dia menolaknya dikarenakan aktivitasnya yang padat. Namun semakin hari, rasa sakit saat menoleh ke kanan dan ke kiri semakin sakit. Bahkan, sangat terasa saat menuruni anak tangga. Rasa sakit bahkan sampai ke pinggang.
Rasa sakit itu kian terasa sehingga Sani berkonsultasi ke Mounth Elizabeth-Singapura dan Mahkota, Melaka. Selain itu, dia juga konsultasi dengan Profesor dr Hilman, ahli bedah syaraf yang juga teman SMA gubernur. Hasilnya sama, ada penyempitan saraf punggung yang berakibat kurang baik terhadap kesehatan dan aktivitasnya dan disarankan untuk operasi.

Namun Sani mendapat undangan dari pemerintah pusat untuk mengikuti acara Business Meeting di Jerman bersama gubernur Bangka Belitung, gubernur Kalimantan, wakil menteri pariwisata, wakil ketua Bappenas dan duta besar RI di Jerman. Sani pun memilih menunda naik meja operasi.
Setelah acara Business Meeting, gubernur memeriksakan kesehatannya di rumah sakit International Neuriscience Institute (INI) di Kota Hanover, Jerman. Ia ditangani dokter terbaik di dunia, Prof. Dr. med. Dr. h. c. mult. Madjid Samii, sekaligus Prasident und Arztlicher Director des INI.
“Dengan membawa data-data kesehatan dari Singapura dan Malaysia, ternyata Prof. Dr. med. Dr. h. c. mult. Madjid Samii mengatakan, ‘just to late’. Sudah terlambat dan seharusnya sudah dari dulu harus operasi,” kata Sani menerangkan.

Sani dan keluarganya pun berunding dan akhirnya mengikuti saran dokter untuk operasi. Maka Senin (19/11) langsung masuk rumah sakit. Keesokan harinya (20/11), tepatnya pukul 08.00, Sani naik meja operasi. “Alhamdulillah operasi sukses. Jam 9 malam saya baru sadar kembali,” kata Sani. Setelah operasi, Sani diwajibkan tinggal selama 10-15 hari di Jerman untuk pemulihan. “Itulah sebabnya saya terlambat pulang,” kata Sani.
Mantan Bupati Karimun ini pun meminta maaf karena tak sempat memberikan informasi detail. Ia juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendoakannya. Ia juga sering berdoa agar Kepri tetap maju.
“Alhamdulillah, saat ini saya sudah baikan. Insya Allah Senin ini sudah bisa masuk kerja lagi,” katanya.
Namun untuk tugas menerima Dipa APBN se-Kepri 2013 di Jakarta, Sani mendelegasikan tugas itu ke Wakilnya, Soerya Respationo.
Setelah selesai memberi penjelasan, Sani menggelar doa syukur. Beberapa saat kemudian, Wakil Gubernur Kepri Soerya Respationo yang baru kembali dari Jakarta, masuk ke ruangan pertemuan. Ia langsung menyalami dan memeluk erat Sani.
Gubernur saat ditanya soal kapan UMK Batam 2012 diteken, Sani belum bisa berkomentar. Soerya yang berada di samping Sani mengatakan, dokumen penetapan UMK Batam belum berada di meja gubernur.
Terkait PTUN dari Apindo, Soerya mengatakan bukan domain provinsi karena belum ada SK apapun. “Jika mereka PTUN kan UMK Batam berarti itu masih domain wali kota, provinsi belum turut campur,” kata Soerya.
Soal absennya wakil Apindo saat penetapan UMK Batam Rp2,04 juta oleh Dewan Pengupahan Provinsi Kepri, Soerya mengatakan, itu tidak masalah, karena ada mekanisme kuorum. “Karena kuorum, maka hasil rapat itu sah,” katanya.
Akibat Pengapuran Tulang
Di tempat terpisah, dr Fisher Iwan SpKFR, spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi medik dari RS Awal Bros Batam mengatakan, penyempitan saraf akibat adanya tulang tumbuh, bisa disebabkan pengapuran. Hal ini sering menimpa mereka yang sudah berusia lanjut.
Namun untuk memastikan diperlukan proses MRI (Magnetic Resonance Imaging) atau pencitraan resonansi magnetik yang akan memberikan gambaran organ secara mendetail.
Pengobatannya, sambung dia, bisa dilakukan terapi medik yang membutuhkan waktu sekitar dua minggu hingga satu bulan lamanya. Namun, jika pasien mengalami nyeri hebat maka memang dibutuhkan operasi untuk menanganinya. “Kalau sampai operasi, proses penyembuhannya membutuhkan waktu lebih lama sekitar dua bulan,” katanya.
Meski begitu, dr Fisher mengatakan perawatan dan terapi penyembuhan tersebut dapat dilakukan di Batam karena dia mengaku pernah menangani pasien dengan keluhan serupa. (asr/rna) (79)

sumber : Batampos

0 Responses

Posting Komentar

ngukus ngukus ngukus