perwatabatam
RABU, 28 NOVEMBER 2012 00:00
BATAM CENTRE (HK)- Tidak kurang
150 warga dari RW II Kelurahan Tanjungbungtung Kecamatan Bengkong melakukan
aksi unjuk rasa didepan gedung Badan Pengusahaan (BP) Batam. Kedatangan warga tersebut,
meminta kejelasan status lahan daerah yang ditempati, sehingga kebutuhan air
bersih bisa mengalir.
Nurhidayat selaku Ketua RW II
setempat ditemui di lokasi mengatakan, saat ini warga yang berada di kawasan
tersebut sekitar 700 Kepala Keluarga tidak dapat menikmati air bersih seperti
kebanyakan masyarakat di Batam.
Sebab, rumah yang ia tempati
berada di lahan yang sampai saat ini belum dikeluarkan izin oleh BP Batam.
Sehingga, perusahaan ATB, tidak bisa mengaliri air bersih ke rumah warga
sekitar.
"ALasan BP, rumah yang kami
tempati karena alih fungsi hutan lindung, tapi ternyata ada perumahan yang di samping
perumahan kami bisa berdiri dan dialiri air. Begitu juga dengan Polsek Bengkong
yang baru berdiri langsung dialiri air, tapi kita tidak bisa," kata
Nurhidayat, Selasa (27/11).
Lebih jauh, kata Nurhidayat, hal
yang menambah kekecewaan warga karena pipa induk milik ATB sudah terpasang di
jalan utama melintasi rumah warga sejak empat tahun silam. Namun, tetap tidak
bisa memberikan setets air bersih bagi warga. Dan hal ini sudah berlangsung
lama.
Selama ini, lanjut Nurhidayat,
warga sekitar menggunakan air bersih dengan cara membeli, dengan harga Rp8 ribu
per drumnya hanya bisa dipakai maksimal satu hari untuk tiga orang. Dan warga
sudah pernah mengajukan pemasangan instalasi air pada 2006 lalu, namun hingga
kini belum juga dialiri dengan alasan kejelasan lahan.
"Pemerintah harus tanggap.
Kami bukan dari keluarga mampu. Dan ini sudah pernah kita sampaikan melalui
aksi sebelumnya, tapi tak pernah ditanggapi," jelasnya.
Dalam aksi tersebut, juga diikuti
puluhan anak-anak yang berusia antara tujuh hingga 12 tahun. Mereka datang
sembari memukul botol air mineral, gerigen dan ember yang dibawannya dari rumah
sambil berterik meminta air.
"Air, air. Air, air,"
teriak anak-anak tersebut serentak secara berulang-ulang.
Meski aksi sedikit tegang, aksi
yang dimulai sekitar empat jam lebih itu, berakhir sekitar pukul 12.00 WIB.
Para warga ditemui Dwi Joko Wiwiho selaku Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu
(PTSP) BP Batam.
Kata Joko, kawasan yang ditempati
warga memang statsunya hitan lindung. Dan pihak BP Belum bisa memutuskan
apa-apa.
"Kami akan krosecek dulu ke
lapangan. Tapi yang jelas, kawasan pemukiman itu adalah hutan lindung yang
ditempati warga," kata joko.(mnb)
Posting Komentar