perwatabatam
Pengusaha Batam Abidin Hasibuan main film. Dia memerankan
dirinya sendiri alias tampil sebagai cameo. Dalam film berjudul True Heart yang
akan diputar serentak di jaringan bioskop 21 dan XXI mulai 7 Februari 2013 itu,
ada adegan pertemuan para pengusaha di kantornya, PT Sat Nusapersada.
“Ini pengalaman
pribadi yang unik tak ternilai bagi saya. Hidup ini kan singkat. Jadi kita
harus cari pengalaman hidup yang banyak. Kebetulan Sunardi, produser film ini,
teman lama saya. Teman baik dari dulu,” kata Abidin kepada Batam Pos, kemarin.
Sunardi adalah eksekutif produser PT Bonadea Sinema.
Perusahaan film asal Batam yang berkantor di Komplek Ruko Permata Niaga.
“90 persen lebih adegan film ini lokasinya diambil di
Batam,” kata Erma Yudiawati, produser True Heart. Ia menyebutkan beberapa
tempat yang menjadi ikon Batam seperti Jembatan Barelang, Pantai Melur, kampus
Politeknik Batam, dan Ruko Sukajadi.
“Pesan moral ceritanya bagus, tentang bahaya penyalahgunaan
narkoba. Makanya saya semangat bantu dan ikut main,” kata Abidin. Ia sama
sekali tak dibayar. “Kalau dibayar juga saya kembalikan honornya,” ujarnya.
Dalam film tersebut, Abidin menjadi tokoh pengusaha besar
yang perusahaannya sudah go public berkawan dengan Handoko yang diperankan oleh
aktor Ferene Raymond Sahetapy– yang akrab disapa Ray Sahetapy, ayah dari
pemeran utama Ferry (Agung Saga; film D’Love, The Witness dan bintang iklan
Tekita dan Pop Ice).
Ferry – diceritakan dalam film yang skenarionya ditulis oleh
Armantono ini sejak kecil sudah kenal Abidin dan sangat disayanginya – berusaha
lepas dari ketergantungan pada narkoba setelah tiga sahabat dan adiknya tewas
akibat overdosis. Ia didukung oleh Melly (diperan kan oleh Masayu Clara yang
dikenal lewat iklan She dan Esia) – gadis dari keluarga nelayan sederhana, yang
cintanya sempat diabaikan oleh Ferry. Melly adalah siswi pintar yang dapat
beasiswa sehingga bisa bersekolah sama dengan Ferry.
Film ini semakin menarik karena bertabur bintang seperti
Gusti Randa (berperan sebagai kepala sekolah), Piere Gruno (gembong narkoba),
dan Yachyal Zakri (ingat tokoh Bang Uyan jago karambol dalam sinetron Para
Pencari Tuhan) yang berperan sebagai kakek Melly, nelayan sederhana yang pandai
berpuisi.
Ismail Sofyan Sani yang menyutradarai film ini seakan
menjadi jaminan mutu bahwa ini menjadi film yang bagus. Ia telah menghasilkan
lebih dari 45 karya sinema antara lain, Jendela Rumah Kita yang pada tahun
1991-1992 melambungkan nama Dede Yusuf dan Desi Ratnasari. Dia juga yang
menghasilkan film laga Singgasana Brama Kumbara (1996), dan juga sejumlah karya
sinema seperti Bukan Cinta Biasa, Doa dan Cinta, dan Alkautsar.
Adapun Armantono, si penulis skenario, dikenal sebagai
penulis handal yang pernah menang di FFI untuk skenario adaptasi terbaik tahun
2007. Ia antara lain menulis naskah film untuk Surat untuk Bidadari (1993),
Daun di Atas Bantal (1997), Virgin (2005), Heart (2006), dan banyak film laris
lainnya hingga Di Bawah Lindungan Ka’bah dan Hafalan Shalat Delisa (2011).
Penasaran dengan film ini silakan klik http://bit.ly/UWIQj1
Syuting di Batam selesai dalam waktu 32 hari. Proses
pengambilan gambar yang melibatkan Abidin hanya kurang lebih dua jam. “Setelah
baca ceritanya, lalu diberi arahan, langsung syuting. Cuma diulangi dua kali.
Beres,” kata Abidin.
Apa kesan Abidin setelah ikut bermain dalam film layar
lebar? “Saya belum lihat hasilnya. Kalau bagus, bisa saja saya nanti mau jadi
produser film,” ujarnya. (hasan
aspahani, batam) (97)
Posting Komentar