Image and video hosting by TinyPic

Polisi Diculik, Ditombak, Ditembak, Dibuang, Selamat

Briptu Joko Bobianto, anggota polisi yang bertugas di kesatuan Samapta Bhayangkara (Sabhara) Polresta Pekanbaru diculik, disiksa dengan cara ditombak, disabet samurai, ditusuk pisau, dibuang ke kolam, lalu ditembak oleh oknum polisi dan oknum TNI di Pekanbaru. Joko yang sudah dikira mati ternyata masih bernafas dan diselamatkan warga, selasa (13/11) pagi.
Penganiayaan berat itu dialami Joko setelah oknum Polisi dan TNI yang terlibat dalam jaringan peredaran narkoba di Pekanbaru, mengetahui Joko sedang mengedus jaringan mereka. Yang paling pertama diendus Joko adalah JN, warga Jalan Pandawa, Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru, Riau. JN adalah bandar narkotika jenis sabu-sabu.







 

JN yang tak mau bisnis haramnya itu diketahui mengatur siasat untuk menghabisi Joko. “Joko ini mau dibunuh oleh JN, karena ia tahu JN adalah seorang bandar narkoba,” ungkap Kapolresta, Kombes Pol R Adang Ginanjar.
JN lalu menghubungi tiga anggota polisi yang juga temannya di Polda Riau dan empat oknum TNI. Kedelapan orang ini kemudian menyusun strategi untuk melenyapkan Joko.
Adang menjelaskan, Senin (12/11) sore sekitar pukul 17.30, Joko dijebak dengan cara diajak bertemu oleh JN di rumahnya di Jalan Pandawa. Saat itu Joko masih mengenakan pakaian dinas. “Begitu sampai di rumah JN, JN dan rekannya oknum Polisi dan TNI langsung menganiaya Joko. Di rumah JN itu Joko ditusuk,” katanya.
Setelah dianiaya di rumah JN, Joko lalu dibawa ke tempat lainnya sekitar pukul 23.00 menggunakan mobil Mitsubishi Grandis BM 423 IN milik JN. Mobil ini memang sudah disiapkan untuk aksi penganiayaan Joko. Pasalnya, bangku bagian tengah mobil dengan enam tempat duduk sudah dilepas. Di dalam mobil, Joko terus dianiaya.
Setelah sampai di Jalan Kubang Raya, Joko diturunkan dan diseret ke semak-semak di dekat sebuah kolam. Di sana Joko dianiaya lagi. Dada kanannya ditombak, pahanya disabet menggunakan pedang, dan beberapa bagian tubuhnya penuh luka tusukan.
Menerima siksaan bertubi-tubi, Joko pun tak sadarkan diri. Para pelaku yang menduga Joko sudah tak bernyawa melucuti pakaian dinas Joko lalu membakarnya. “Yang kita temukan di lokasi hanya kopelnya (ikat pinggang) saja. Ini mengindikasikan pelaku mau menghilangkan jejak,” kata Adang.
Setelah itu, tubuh Joko yang tak berdaya dibuang ke kolam. Untuk memastikan Joko tewas, pelaku melepaskan tembakan ke dalam kolam tempat Joko dibuang. Kemudian kedelapan pelaku kabur.
Joko yang sudah ditinggalkan pelaku ini, ternyata masih bernafas. Ia sempat siuman. Dengan bersusah payah, ia merangkak keluar dari kolam tersebut. Setelah itu ia mencari pertolongan dengan terus merangkak menggunakan sisa-sisa tenaganya. Namun Joko hanya kuat merangkak hingga ke sebuah masjid di Jalan Kubang Raya, lalu tak sadarkan diri. Dia kemudian ditolong warga, Selasa pagi sekitar pukul 07.00. Saat itu warga belum tahu kalau pria yang mereka tolong seorang polisi. Warga kemudian melapor ke kepolisian terdekat.
Joko kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara, Jalan Kartini, Pekanbaru. Tim dokter di RS tersebut langsung melakukan operasi untuk menyelamatkan nyawa Joko. Operasi berlangsung dari pukul 09.00 sampai pukul 11.30. Tim dokter butuh waktu 2,5 jam untuk menangani luka di sekujur tubuh Joko yang cukup parah. Bahkan operasi pengangkatan potongan pisau di paha juga dilakukan tim dokter RS Bhayangkara.
Usai operasi, Joko langsung dibawa ke Ruang VIP A rumah sakit ini. Beberapa provost, anggota polisi dan sanak keluarga tampak ramai di sana. Istri Joko, Fitria tampak tersandar lemas ditenangkan keluarga. Dia tak kuasa menahan tangis melihat pria yang sudah tiga tahun menikah dengannya luka parah dan dalam kondisi masih koma.***

Pelaku Tertangkap


Polisi dari Polda Riau dan TNI bergerak cepat memburu pelaku penganiaya anggota Samapta Bhayangkara Polresta Pekanbaru, Briptu Joko Bobianto,27, yang nyaris tewas. Selain menangkap bandar narkoba, JN, juga menangkap tiga oknum polisi dan tiga oknum TNI pelaku penganiayaan. Sisa satu oknum TNI belum ditangkap.
Ketujuh orang ini diamankan di dua lokasi yang berbeda.
Empat orang pelaku diamankan di Mapolresta Pekanbaru, yakni JN (bandar narkoba), IR (anggota Polsek Bukitraya), SP (anggota Polda Riau), dan FN (anggota Polres Rokan Hulu). Sementara Tiga orang oknum TNI berinisial MY, HE, dan GS diamankan dimarkasnya, Batalyon Arhanudse 13/BS sebelum akhirnya diserahkan ke Detasemen Polisi Militer (Den POM) 1/3 Pekanbaru.
“Yang terakhir kami amankan Rabu (14/11) dini hari sekitar pukul 04.00 adalah FN,’’ ujar Kapolresta Pekanbaru, Kombes Pol Drs R Adang Ginanjar kepada wartawan, kemarin.
Penangkapan FN ini melengkapi diamankannya JN, IR dan SP sehari sebelumnya. Dari pemeriksaan yang dilakukan pihak kepolisian terhadap JN, diketahui bahwa ia tidak membayar tujuh orang oknum aparat untuk menganiaya Joko. Tujuh orang oknum aparat ini ikut melakukan penganiayaan sadis karena terkait dalam bisnis narkoba JN.
Sementara itu, keterlibatan Joko dengan JN hingga akhirnya dianiaya dan luka parah hingga saat ini masih diselidiki. Joko akan diperiksa ketika kondisi fisiknya sudah memungkinkan.
Keterangan Joko nanti yang akan menguak bagaimana JN menjalankan bisnis sabu-sabunya dan bagaimana sampai ia mengenal JN, serta kemungkinan Joko terkait dengan JN hingga ia menuruti permintaan untuk bertemu sebelum kejadian.
“Keterangan Joko sangat penting. Apa keterkaitannya dengan JN belum bisa kita pastikan, karena dengan kondisinya saat ini pemeriksaan belum bisa dilakukan,’’ kata Adang.
Kapolresta kembali menegaskan bahwa hukuman berat sudah menanti para pelaku penganiayaan berat yang menjurus pada percobaan pembunuhan ini, terutama pelaku yang merupakan anggota polisi.
“Kita akan tunggu hasil persidangan atas kasus pidana. Bagi pelaku yang anggota Polri, sidang kode etik hingga sanksi pemecatan akan dijatuhkan,’’ tegasnya.
Selain penyelidikan terkait penganiayaan berat, Kapolresta Kombes Pol Drs R Adang Ginanjar mengatakan kasus ini juga akan dikembangkan pada peredaran narkotika yang didalangi oleh JN, termasuk keterlibatan aparat dalam jaringan ini.
“Saat kita amankan JN, kita temukan bong (alat hisap sabu-sabu). Ini yang akan kita selidiki. Karena, pelaku yang kita amankan juga positif mengkonsumsi sabu-sabu,’’ ucap Adang.
Pelaku yang diamankan, saling lempar tanggungjawab. Ada pelaku yang mengaku, ada juga yang tidak. Termasuk saat dikonfrontir mengenai senapan yang digunakan untuk menembak Joko saat berada di dalam kolam. “JN dan SP saling tuduh. Setelah dikonfrontir, senjata itu ternyata milik JN yang dititipkan pada SP,’’ lanjutnya.
Kapolda Riau, Brigjen Pol Suedi Husein telah memerintahkan Kapolresta Pekanbaru untuk menerapkan pasal berlapis terhadap para tersangka yang sudah diamankan. Karena, apa yang dialami Joko merupakan perbuatan yang tak berperikemanusiaan.
“Mereka harus dihukum berat. Mereka harus bertanggungjawab atas apa yang diperbuatnya,’’ tegas Kapolda.
Peredaran narkotika yang melatarbelakangi permasalahan ini, kata Kapolda, pasti akan dikembangkan pihaknya, apakah juga jaringan narkoba yang dikendalikan JN merupakan bagian dari peredaran narkotika yang lebih besar. Kapolda secara tegas meminta kepada Direktur Direktorat Narkoba Polda Riau dan Kepala Satuan Narkoba Polresta Pekanbaru untuk mengungkap tuntas hal ini. ‘’Ini harus diungkap,’’ pungkasnya.
Sementara itu, sekitar pukul 18.30, tiga orang oknum anggota TNI, HE, MY, dan GS yang diduga terlibat dalam aksi penganiayaan yang didalangi JN dibawa dari Arhanudse 13/BS dan tiba di Den POM 1/3 Pekanbaru menggunakan mobil Toyota Kijang Innova berwarna silver BM 1772 JI. Sebelum diserahkan, ketiga orang ini menjalani pemeriksaan kesehatan.
Dengan berpakaian dinas lengkap berwarna loreng, mereka digiring anggota POM menuju ruang pemeriksaan. Di dalam ruangan ini, ketiganya lalu menukar baju dengan baju tahanan berwarna kuning. Sekitar dua puluh menit berada di ruang pemeriksaan ini, ketiganya lalu digiring untuk masuk ke dalam ruang tahanan.
Komandan Denpom 1/3 Pekanbaru, Mayor CPM Donald Siagian kepada Riau Pos (Batam Pos Group) mengatakan, penyelidikan secara resmi terhadap tiga orang ini termasuk penetapan statusnya akan dilakukan setelah ada pelimpahan dari Polresta Pekanbaru.
“Status mereka saat ini kita amankan sebagai tindakan preventif, ini untuk mencegah adanya upaya penghilangan barang bukti dan melarikan diri yang dapat mengganggu proses penanganan kasus ini,’’ kata Donald.
Meski begitu, ia mengungkapkan pemeriksaan awal terhadap ketiganya sudah berjalan dan mulai dilakukan. Tes urine dan tes darah terhadap ketiganya sudah dilakukan dan untuk pemeriksaan lebih teliti dan lengkap, sampel darah dan urine ketiganya dikirimkan ke Labfor Medan. ‘’Hasil sementara dari tes urinenya, dua dari tiga orang ini positif menggunakan narkoba,’’ ungkap Dan Den POM.
Terkait penanganan kasus ini, Donald mengatakan jika tindak penganiayaan yang diduga dilakukan ketiganya tidak terbukti, maka kasus narkoba yang melibatkan mereka akan tetap diproses. “Tidak ada yang kebal hukum. Kasus ini tetap akan diproses,’’ imbuhnya.
Peredaran narkotika di Pekanbaru memang dinilai mengkhawatirkan, hal ini diungkapkan Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Riau, Kombes Pol Bambang Irawan. ‘’Peristiwa kemarin itu menunjukkan bahwa Pekanbaru ini memang rawan peredaran narkotika,’’ kata Bambang.
Dijelaskannya, dalam peta peredaran narkotika, Pekanbaru merupakan daerah tujuan transaksi. Disini, bukan pemain lokal saja yang berkuasa, jaringan internasionalpun juga turut mencicipi manisnya duit haram narkotika.
“Untuk narkotika jenis sintetis seperti sabu-sabu dan ekstasi, barang yang masuk biasanya dari Malaysia. Sementara untuk narkotika jenis tumbuhan, itu masuk dari Aceh,’’ paparnya.
Selain merupakan tujuan peredaran, Pekanbaru dan Riau juga merupakan areal transit narkotika yang akan diedarkan ke daerah lain. “Barang ini (narkotika), selain diedarkan di Pekanbaru, juga dijual lagi hingga ke Jakarta,’’ kata Bambang.
Ia mengaku, peredaran narkotika memang dikendalikan oleh mafia. Bahkan, ia mengibaratkan jangankan aparat, orang sipilpun mereka susupi. “Jika ada yang dianggap menghalangi jalannya, mereka tak akan segan-segan menyingkirkan,’’ ucap Bambang.
Upaya mafia narkotika untuk mencengkramkan kukunya tak hanya melalui peredaran saja. Upaya ‘membeli’ aparat juga sudah merupakan cerita lama. Hal ini tak ditampik oleh Bambang. “Bahkan BNN sendiri juga sempat digoyang dari dalam untuk melemahkan upaya pemberantasan narkotika yang kita lakukan,’’ tuturnya.
BNNP sendiri, kata Bambang hingga saat ini terus melakukan tindakan preventif dan pencegahan peredaran narkotika. Mulai dari melakukan tes urine secara rutin di sekolah-sekolah, hingga pembentukan kader anti narkotika. (ali/jpnn). (156)

http://www.batampos.co.id/2012/11/15/diculik-ditombak-ditembak-dibuang-selamat/

0 Responses

Posting Komentar

ngukus ngukus ngukus